Rabu, 13 Juli 2016

9 tahun memendam rasa (cerpen)

CERPEN

Selama 9 tahun aku menyimpan perasaan pada seorang lelaki.Semua itu berawal saat aku menduduki bangku kelas 5 SD. Ya, saat itu aku tengah bersekolah di Sekolah Dasar swasta di kota Solo. Sebelumnya, aku sangat membenci orang itu.Hanya gara-gara hal sepele sebenarnya, aku suka dengan seorang cowok yang bernama aldi, sedangkan cowok yang masih aku sukai sampai sekarang bernama rino. Saat di kelas, Rino selalu duduk di belakangku, padahal yang aku mau, aldilah yang duduk di belakangku. Hari demi hari berlalu, tibalah waktunya mata pelajaran matematika. Saat itu pak guru memerintahkan kita untuk mengerjakan soal, kemudian dicocokkan. Satu-persatu murid  diuruh maju, berurutan. “salah nol” kata pak guru, “salah satu” lanjut pak guru. Hingga pada akhirnya pak guru mengucapkan “salah dua”.Pada saat itu aku keluar dari kursi dan dari arah belakang Rinopun juga akan maju ke depan. Disitulah awal aku berpaling pada rino. Rino dan aku bersenggolan saat akan maju ke depan.
Entah kenapa, perasaan ini terus mengalir seperti air, tanpa harus dia tau. Sampai pada saat kelas 6, pak guru memberitahukan bahwa teman-temanku sudah ada yang mulai merokok, salah satunya ialah rino. Tapi jujur aku tidak langsung saja membencinya. Aku tidak menghiraukannya. Saat sedang puasa, jujur saja aku selalu semangat ketika melihat dia. Rasanya, haus dan lapar langsung sirna seketika. Seneng banget.
            Sampai lulus SD, aku berada di smp yang berbeda dengan rino.Aku masih belum bisa melupakannya. Kelas 1 smp,  aku punya ide untuk menghubunginya tapi tidak sebagai aku. Aku mendapatkan nomernya dari buku kenangan saat SD dulu. Salah satu sms yang masih aku ingat sampai sekarang adalah “kamu punya bunda?” entah kenapa aku bertanya seperti itu kepadanya. Dia jawab “punya” . Ini aneh, memang. Sempat dia ingin mencoba mendengar suaraku, tapi aku takut. Aku takut kalau dia mengetahui semuanya. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk menerima telfonnya. Aku memberikannya nomor rumah kakekku, dan saat itu aku bertelepon dengan dia di rumah kakekku. Aku grogi, aku deg-deg an, aku salah tingkah. Karena baru kali ini dia mengajakku bicara, meskipun dia tak tau aku yang sebenarnya.
Setelah sekian lama, akhirnya kita tidak pernah saling menghubungi, hingga kelas 3 smp.  kelas 3 ini, perasaanku mulai memudar, aku hampir bisa melupakannya.Aku menempuh ujian kelas 3 smp ini dengan tenang.Setelah lulus smp, aku bersekolah di sekolah islam negri di kota Solo.Aku pikir aku akan benar-benar bisa melupakan Rino, tetapi takdir berakata lain, setelah aku mengetahui rino bersekolah di tempat dan program yang sama denganku.Aku tak tau apakah dia mengetahui bahwa aku teman SD nya atau tidak.
Aku satu program dengannya, yaitu program asrama. Kita sudah dijuruskan ke ipa tetapi kita diasramakan. Hubungan antara putra dan putri tidak terlalu dekat karena kita di asrama. Mulai sat itu, perasaan itu muncul lagi ,aku teringat dengannya lagi. Hingga pada akhirnya aku mengetahui bahwa dia sudah punya pacar, orang yang aku kenal. Aku bercerita pada sahabat ku tentang perasaan ini dan kata-kata yang masih aku ingat adalah “mungkin Allah mempertemukan aku dan rino hanya untuk melihatkan padaku kalau rino sudah punya pacar dan bahagia dengan gadis, ya itu nama pacarnya. Aku tidak suka dengan gadis, hanya karena dia adalah pacar dari orang yang aku suka sejak SD. Kelas 1 sma telah usai, jarang bahkan hampir tidak pernah aku berpapasan dengan rino. Saat itu aku adalah anak biasa yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Kelas 3 sma, ada konflik antara rino dan gadis. Satu asrama tau, termasuk aku. Rino jalan sama perempuan lain, si fitri di pasar malam. Kabarnya pun Rino suka sama cewek itu. Rino duputusin gadis.
Saat itu ada adek kelas putra tetapi dia lebih tua dari rino dan rino mengatakan padanya “bang,fitri buat aku ya” seketika hatiku hancur. Seenaknya sendiri dia bilang seperti itu, mudah sekali dia berpaling. Sejak peristiwa itu anak asrama putri banyak yang tidak menyukainya. Banyak hal buruk yang ada padanya, termasuk sifat genitnya. Aku tau dia perokok berat dari teman dekatnya. Rino bilang “ngrokok nggak ngrokok juga pasti mati”. Rino.. Rino..
Oya aku lupa sesuatu,sekarang rino sudah tidak punya bunda.Bundanya sudah meninggal karna sakit. Ibunya meninggal saat kita kelas 2 smp.Mungkin karena hal itu pula rino menjadi sosok yang seperti itu.

Sampai kini aku menduduki bangku kuliah semester 2 pun, aku masih memendam perasaan ini. Genap sudah 9 tahun aku menyukainya.