CERPEN
Selama 9 tahun aku
menyimpan perasaan pada seorang lelaki.Semua itu berawal saat aku menduduki
bangku kelas 5 SD. Ya, saat itu aku tengah bersekolah di Sekolah Dasar swasta
di kota Solo. Sebelumnya, aku sangat membenci orang itu.Hanya gara-gara hal sepele
sebenarnya, aku suka dengan seorang cowok yang bernama aldi, sedangkan cowok
yang masih aku sukai sampai sekarang bernama rino. Saat di kelas, Rino selalu
duduk di belakangku, padahal yang aku mau, aldilah yang duduk di belakangku.
Hari demi hari berlalu, tibalah waktunya mata pelajaran matematika. Saat itu
pak guru memerintahkan kita untuk mengerjakan soal, kemudian dicocokkan.
Satu-persatu murid diuruh maju,
berurutan. “salah nol” kata pak guru, “salah satu” lanjut pak guru. Hingga pada
akhirnya pak guru mengucapkan “salah dua”.Pada saat itu aku keluar dari kursi
dan dari arah belakang Rinopun juga akan maju ke depan. Disitulah awal aku
berpaling pada rino. Rino dan aku bersenggolan saat akan maju ke depan.
Entah kenapa, perasaan
ini terus mengalir seperti air, tanpa harus dia tau. Sampai pada saat kelas 6,
pak guru memberitahukan bahwa teman-temanku sudah ada yang mulai merokok, salah
satunya ialah rino. Tapi jujur aku tidak langsung saja membencinya. Aku tidak
menghiraukannya. Saat sedang puasa, jujur saja aku selalu semangat ketika
melihat dia. Rasanya, haus dan lapar langsung sirna seketika. Seneng banget.
Sampai lulus SD, aku berada di smp yang berbeda dengan
rino.Aku masih belum bisa melupakannya. Kelas 1 smp, aku punya ide untuk menghubunginya tapi tidak
sebagai aku. Aku mendapatkan nomernya dari buku kenangan saat SD dulu. Salah
satu sms yang masih aku ingat sampai sekarang adalah “kamu punya bunda?” entah
kenapa aku bertanya seperti itu kepadanya. Dia jawab “punya” . Ini aneh,
memang. Sempat dia ingin mencoba mendengar suaraku, tapi aku takut. Aku takut
kalau dia mengetahui semuanya. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk
menerima telfonnya. Aku memberikannya nomor rumah kakekku, dan saat itu aku
bertelepon dengan dia di rumah kakekku. Aku grogi, aku deg-deg an, aku salah
tingkah. Karena baru kali ini dia mengajakku bicara, meskipun dia tak tau aku
yang sebenarnya.
Setelah sekian lama,
akhirnya kita tidak pernah saling menghubungi, hingga kelas 3 smp. kelas 3 ini, perasaanku mulai memudar, aku hampir
bisa melupakannya.Aku menempuh ujian kelas 3 smp ini dengan tenang.Setelah
lulus smp, aku bersekolah di sekolah islam negri di kota Solo.Aku pikir aku akan
benar-benar bisa melupakan Rino, tetapi takdir berakata lain, setelah aku
mengetahui rino bersekolah di tempat dan program yang sama denganku.Aku tak tau
apakah dia mengetahui bahwa aku teman SD nya atau tidak.
Aku satu program
dengannya, yaitu program asrama. Kita sudah dijuruskan ke ipa tetapi kita
diasramakan. Hubungan antara putra dan putri tidak terlalu dekat karena kita di
asrama. Mulai sat itu, perasaan itu muncul lagi ,aku teringat dengannya lagi.
Hingga pada akhirnya aku mengetahui bahwa dia sudah punya pacar, orang yang aku
kenal. Aku bercerita pada sahabat ku tentang perasaan ini dan kata-kata yang
masih aku ingat adalah “mungkin Allah mempertemukan aku dan rino hanya untuk
melihatkan padaku kalau rino sudah punya pacar dan bahagia dengan gadis, ya itu
nama pacarnya. Aku tidak suka dengan gadis, hanya karena dia adalah pacar dari
orang yang aku suka sejak SD. Kelas 1 sma telah usai, jarang bahkan hampir tidak
pernah aku berpapasan dengan rino. Saat itu aku adalah anak biasa yang hanya
bisa melihatnya dari kejauhan. Kelas 3 sma, ada konflik antara rino dan gadis.
Satu asrama tau, termasuk aku. Rino jalan sama perempuan lain, si fitri di
pasar malam. Kabarnya pun Rino suka sama cewek itu. Rino duputusin gadis.
Saat itu ada adek kelas
putra tetapi dia lebih tua dari rino dan rino mengatakan padanya “bang,fitri
buat aku ya” seketika hatiku hancur. Seenaknya sendiri dia bilang seperti itu,
mudah sekali dia berpaling. Sejak peristiwa itu anak asrama putri banyak yang
tidak menyukainya. Banyak hal buruk yang ada padanya, termasuk sifat genitnya.
Aku tau dia perokok berat dari teman dekatnya. Rino bilang “ngrokok nggak
ngrokok juga pasti mati”. Rino.. Rino..
Oya aku lupa
sesuatu,sekarang rino sudah tidak punya bunda.Bundanya sudah meninggal karna
sakit. Ibunya meninggal saat kita kelas 2 smp.Mungkin karena hal itu pula rino
menjadi sosok yang seperti itu.
Sampai kini aku
menduduki bangku kuliah semester 2 pun, aku masih memendam perasaan ini. Genap
sudah 9 tahun aku menyukainya.